Kamis, 10 Juni 2010

Tanah Kelahiranku Long Alango

Long Alango adalah salah satu desa terpencil di kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur, Indonesia.

Keberadaan 11.000 hektar hutan hujan tropis sangat penting untuk warga di Desa Long Alango, Kecamatan Bahau Hulu, Kabupaten Malinau, Kalimantan Timur. Kelestarian kawasan hutan yang sangat kaya akan keanekaragaman hayati tersebut juga merupakan ”harga mati” bagi Kepala Adat Besar Hulu Bahau, Anyie Apuy.

Kalau hutan habis, manusia akan binasa,” kata Anyie Apuy, bapak dari 12 anak ini, saat ditemui di Samarinda, Kaltim. Pria veteran pejuang konfrontasi Indonesia-Malaysia tahun 1963-1965 ini belum lama pulang dari Jakarta. Di Ibu Kota, dia menerima anugerah Kalpataru sebagai Perintis Lingkungan, pada 5 Juni 2009.

Anyie Apuy termasuk salah satu dari lima orang yang mendapat penghargaan serupa, yakni sebagai perintis lingkungan. Dia berhasil menjaga hutan adat atau tanah ulen Desa Long Alango seluas 11.000 ha. Hutan itu menjadi tempat belajar dan model pengelolaan berkelanjutan.

Mempertahankan hutan adat bagi Anyie Apuy adalah titah pewaris Apuy Njau, sang ayahanda. Warga setempat ikut membantu tugas itu lewat Badan Pengelola Tanah Ulen. Apa yang dilakukan Anyie Apuy kemudian ditiru oleh warga lima desa lainnya di Kecamatan Bahau Hulu, yakni Desa Apau Ping, Long Berini, Long Kemuat, Long Uli, dan Desa Long Tebulo.

Maka bisa dipastikan jika hutan di hulu Sungai Bahau itu masih lestari. Kawasan tersebut menjadi bagian dari Taman Nasional Kayan Mentarang seluas 1.360.500 ha, yang mempunyai dasar hukum surat penunjukan Menteri Kehutanan pada tahun 1996.

Hutan dalam kawasan yang berbatasan dengan Sarawak, Malaysia Timur, tersebut mengandung separuh dari 15.000 jenis tumbuhan di Kalimantan. Sekitar 6.000 jenis tumbuhan di antaranya tidak ditemukan di tempat lain.

Di pedalaman itu pula hidup 150 jenis mamalia dari 228 jenis mamalia Kalimantan, 18 jenis di antaranya juga tidak ditemukan di tempat lain. Para peneliti mengidentifikasi 310 jenis burung dari 361 jenis burung Kalimantan. Dari jumlah itu, 28 jenis yang tidak ditemukan di tempat lain malah terancam punah.

Pada tahun 1994 didirikan stasiun penelitian Lalut Birai di hutan adat Long Alango. Sejak itu, Lalut Birai ibarat menjadi laboratorium alam dan tempat bekerja para peneliti domestik, mancanegara, bahkan lembaga swadaya masyarakat (LSM) pelestarian alam.

Kekayaan hutan hujan tropis Bahau Hulu memang bisa membuat siapa pun jatuh cinta, tak terkecuali penyanyi Agustinus Gusti Nugroho atau Nugie. Selama ini Nugie banyak membuat lagu yang liriknya berkisah tentang alam.

”Hutan tropis Bahau Hulu itu seperti karpet hijau yang tebal dan tiada habisnya dilihat dari pesawat,” kata Nugie di Long Alango pada 19 Mei 2009.

Begitu jatuh cintanya dia pada hutan desa tersebut, Nugie yang juga menjadi duta kehormatan WWF Indonesia itu spontan menciptakan lagu berjudul Long Alango.

Perjuangan

”Sebenarnya yang harus diberi Kalpataru itu adalah bapak saya,” kata Anyie Apuy yang mengenyam pendidikan sampai sekolah teknik setingkat sekolah menengah pertama (SMP) di Tanjungselor, Kabupaten Bulungan, Kaltim.

Anyie Apuy bercerita, sang ayah, Apuy Njau, selama hidupnya sangat setia menjaga hutan Long Alango. Apa pun yang berusaha mengusik dan mengambil hasil hutan itu pasti dia usir, dikenai denda adat, bahkan dibunuh.

”Bapak terpaksa membunuh karena cintanya pada hutan adat. Namun, dia malah dipenjara oleh Belanda di Batavia. Ini terjadi sebelum saya lahir,” kata Anyie Apuy.

Peristiwa menyedihkan itulah yang membuat Anyie Apuy bertekad meneruskan perjuangan Apuy Njau. Meskipun untuk itu dia harus mengalami tahun-tahun yang amat ”berat” di hutan. Bahkan, berkali-kali keselamatan diri dan keluarganya terancam. Kerap pula datang pengusaha mengiming-imingi kemewahan untuk dia dan keluarga asal mereka dapat membabat hutan adat Long Alango.

Sering juga Anyie Apuy mendengar dan berhadapan dengan warga yang juga diiming-imingi oleh sejumlah pihak agar memberontak lalu membabat hutan adat. Namun, pengaruh dan wibawa lelaki keturunan Dayak Kenyah ini cukup besar. Namanya harum sebagai bekas komandan gerilyawan pedalaman.

Ketika konfrontasi, cerita Anyie Apuy, dia terpaksa menghabisi delapan tentara Gurkha yang kondang sebagai serdadu profesional tetapi kejam. Mungkin karena itu dia lalu disegani.

Dengan senapan mesin dan AK-47, kelompok Anyie Apuy memerangi pasukan Malaysia yang didukung Inggris dari kawasan Batu Kalong. Mereka ikut bertempur bersama personel Batalyon Infanteri 503 Brawijaya dan Raiders 600 Tanjungpura.

Prihatin

Daerah Bahau Hulu memang dilimpahi kekayaan alam. Namun, kondisi itu berkebalikan dengan kehidupan manusianya. Sampai sekarang, 1.500 warga Bahau Hulu masih hidup dalam keterbatasan prasarana perhubungan, pendidikan, kesehatan, dan telekomuni- kasi.

Hanya Long Alango di Bahau Hulu yang bisa dijangkau lewat udara. Lima desa lainnya di daerah ini cuma bisa didatangi lewat sungai yang berjeram-jeram ganas.

Dengan pesawat yang hanya bisa mengangkut maksimal 290 kilogram atau empat orang, biaya sewa sekali terbang bisa mencapai hingga Rp 7 juta dari Kota Tarakan.

Kalau orang memilih angkutan lewat sungai pun diperlukan waktu perjalanan sampai tiga hari dari Samarinda. Ini pun dengan berganti-ganti angkutan mulai dari pesawat, mobil, sampai menggunakan perahu. Dengan cara ini pun, biaya perjalanan mencapai sekitar Rp 4 juta.

Di pundak warga pedalaman yang biasa hidup dalam kemahalan seperti Anyie Apuy itulah kita menaruh harapan agar hutan-hutan di beranda negara ini tetap lestari. Pada usianya yang senja, Anyie Apuy berharap generasi mendatang tetap setia menjaga hutan Kalimantan.









8 komentar:

  1. wew... segitunya... stevi pernah kesana??

    kalau dikasih foto atau gambar pasti lebih menarik :)

    BalasHapus
  2. org tua saya tgl disana, saya juga lahir disana.
    Foto2nya byk di atas postingan ini..
    Thanks ya, udh mampir :)

    BalasHapus
  3. mba, aku februari-maret sempat tingal disana untuk pklp.. ; sangat terkesan dengan segalanya.. mba, mau tanya,, punya data mengenai bptu tdk? untuk pembuatan laporan pklp.. kalo ada, mohon dibantu dikirimkan ke milarahmania@yahoo.com
    makasi banyak ya mbaa.. :)

    BalasHapus
  4. aku juga banyak belajar dari amay anyie dan we'.. :)
    doain bisa balik lagi ke long alango ya mbaa.. :)
    kangen banget sama long alango :)

    BalasHapus
  5. Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.

    BalasHapus
  6. saya penah kesana sampai 2 x . perjalan ke L.A sangat mengerikan apalagi kalo lagi ujan lewat sungai banyak jeram dan riam disana. plg dari L.A kapal kita karam. untung kita selamat semua. untuk yang kedua kalinya aku kesana pake pesawat MAF, pulang dari L.A bareng Stevi waktu abis 17san dilong alango. aku perjuangkan agar lapter L.A yang baru segera terlaksana.

    BalasHapus
  7. ada pola mofif tato ato pola motif khas tanjung bereb, kab berau kaltim yang medianya datar gak...

    penting banget..

    kalo ada bagi dong...

    BalasHapus